Penyebab Umum kegagalan Sistem Informasi dan Peran Pemimpin dalam e-Government

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI


OLEH :
LUVIANA RIATI
NPM :
13115910




2KA02
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017




PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN SISTEM 

Sistem Informasi diartikan sebagai kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi untuk mendukung operasi dan manajemen. Sedangkan dalam arti luas, sistem informasi diartikan sebagia Sistem Informasi yang sering digunakan menurut kepada interaksi antara orang, proses, algoritma, data dan teknologi.

Saat ini, Sistem Informasi sering terdengar dengan kata komputer dan dikaitkan dengan sistem informatika padahal sebenarnya pengertian informasi dan informatika sangat berbeda. Pengertian Sistem Informasi memiliki beberapa komponen teknologi informasi, hal inilah berkaitan pada tujuan pemanfaatan teknologi informasi. Selain itu juga, Sistem Informasi membantu untuk mengontrol suatu proses kinerja dalam bisnis. Istilah Pengertian Sistem informasi diartikan sebagai suatu sistem yang terintegrasi secara optimal dan berbasis pada komputer yang dapat menyajikan dan menghimpun berbagai jenis data yang akurat untuk bermacam kebutuhan. Selain itu, Sistem Informasi berfokus pada disiplin sistem informasi dan organisasi informatika.

Penyebab Terjadinya Kegagalan Sistem

Ada beberapa hal yang menyebabkan gagalnya sebuah proyek. Bisa jadi di antara hal tersebut adalah sesuatu yang sangat kecil tetapi berakibat fatal jika dilupakan atau disepelekan oleh developer yang membangun sebuah sistem. Faktor-faktor yang menyebaban kesuksesan sistem informasi sebagaimana pendapat Rosemary Cafasaro dalam O’Brien (2009) dipaparkan sebagai berikut :

1. Kurangnya input dari end user (Pemakai Akhir) 
Kurangnya keterlibatan end user pada saat proses perancangan sistem akan menemui kegagalan pada saat diterapkan karena terjadi kesenjangan atau gap antara pengguna dan perancang atau pakar SI. Kesenjangan itu timbul karena keduanya memiliki latar belakang dan kepentingan yang berbeda (user-designer communication gap). Kesenjangan ini pada akhirnya akan menciptakan kegagalan dalam pelaksanaan sistem informasi.

2. Tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi

Kebutuhan yang telah dirumuskan tersebut apabila tidak mendapatkan dukungan berupa infrastruktur yang memadai akan menyebabkan kegagalan pada sistem informasi.

3. Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah
Penerapan sistem informasi pada suatu organisasi harus dilakukan perumusan dengan jelas tentang kebutuhan dan spesifikasi penggunan sistem informasi tersebut. Pernyataan kebutuhan yang tidak ditegaskan sejak awal akan berdampak negatif pada saat sistem informasi diimplementasikan dan pada akhirnya menemui kegagalan.

4. Kurangnya dukungan manajemen eksekutif
Apabila penerapan sistem informasi tidak mendapatkan dukungan dari beberapa unsur manajemen eksekutif sebagai pengambil keputusan maka penerapan sistem organisasi akan menemui kegagalan dan mengakibatkan dampak seperti : terjadi inefisiensi biaya, pelaksanaan penerapan sistem informasi melebihi target waktu yang telah ditentukan, kendala teknis serta kegagalan memperoleh manfaat yang diharapkan.

5. Inkompetensi secara teknologi
Penerapan dan pengembangan sistem informasi sangat membutuhkan peranan manusia sebagai brainware/operator. Apabila sumberdaya manusia dalam organisasi tidak memiliki kompetensi akan perkembangan teknologi yang semakin maju maka penerapan sistem informasi akan mengalami kesulitan. Sistem informasi yang tidak sesuai dengan kemampuan SDM akan mengakibatkan pelaksanaan sistem informasi menghadapi kegagalan.

6. Perencanaan yang tidak tepat dan tidak matang
Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung oleh perencanaan yang matang tidak akan mampu menjadi mediator antara berbagai keinginan dan kepentingan dalam suatu organisasi. Sistem yang tidak memiliki road map yang jelas tidak mampu menjadi pegangan dalam melaksanakan sistem informasi sesuai tujuan organisasi. Sistem informasi yang tidak dirancang sesuai kebutuhan organisasi pada akhirnya akan menemui kegagalan dalam penerapannya dan hanya menimbulkan inefisiensi dalam hal biaya, waktu dan tenaga.


Peran Pemimpin dalam e-Government 

Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational government) E-Government adalah Suatu upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Atau E-Goverment adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis.

Ada tiga model penyampaian E-Government, antara lain :

a. Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C)
Adalah penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh pemerintah ke masyarakat, Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah,

contohnya G2C : Pajak online, mencari Pekerjaan, Layanan Jaminan sosial, Dokumen pribadi (Kelahiran dan Akte perkawinan, Aplikasi Paspor, Lisensi Pengarah), Layanan imigrasi,
Layanan kesehatan, Beasiswa, penanggulangan bencana.

b. Government-to-Business (G2B)
Adalah transaksi-transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah.Mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien melalui peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik. Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B maupun B2G adalah Sistem e-procurement.

Contoh : Pajak perseroan, Peluang Bisnis, Pendaftaran perusahaan, peraturan pemerintah (Hukum Bisnis), Pelelangan dan penjualan yang dilaksanakan oleh pemerintah, hak paten merk dagang, dll

c. Government-to-Government (G2G)
Adalah Memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi online antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basisdata terintegrasi.

Peran Pemimpin dalam e-Government

Penentuan prioritas dan sasaran di sebagian besar daerah masih ditentukan oleh Kepala Daerah dan Setda nya. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan sasaran dan pemrioritasan anggaran bersifat top down. Meski mengandung nilai kebaikan, misalnya, lebih mudahnya pimpinan mengantispasi dan menjawab masalah pendanaan karena pimpinan sendirilah yang menetapkan sasaran dan prioritasnya, namun kelemahannya juga lebih banyak misalnya kurangnya rasa memiliki bagi seluruh anggota organisasi terhadap pelaksanaan penggunaan TI, karena dalam penentuan sasaran pihak bawahan tidak dilibatkan, apalagi masalah pendanaan, karena tampaknya hanya pihak pimpinanlah yang mengetahuiya.
Pada penentuan arsitektur, infrastruktur dan aplikasi sebagian besar tidak banyak yang melibatkan pihak Kepala Daerah dan Sekda belum maksimal perannya. Sebagian besar alasannya karena pengetahuan top executive terhadap hal teknis sangat minimal. Padahal peran mereka sangat penting untuk bergabung dengan bawahannya dalam merumuskan sasaran dan prioritas pendanaan agar pelaksanan e-Government lebih efektif.
Dari penerapan e-government di berbagai daerah tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia penerapan e-Government menggunakan tipe archetype federal, karena menunjukkan gabungan antara keputusan pimpinan dan pimpinan SKPD (organisasi di bawahnya).
Untuk mendapat optimalisasi dari e-government harus ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitas hubungan antar pimpinan dan bawahan sehingga lebih maksimal terkait dengan penerapan e-government nya.

source :
http://bantur.malangkab.go.id/?page_id=4857
http://chandra49e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2013/11/12/faktor-sukses-dan-gagal-sim-pada-perusahaan/
https://kelurahansangasangadalam.files.wordpress.com/2015/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kesuksesan-dan-kegagalan-sistem-informasi-pada-organisasi-contoh-kasus-penerapan-e-government-raden-isma-anggraini.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Softskill - Membuat Animasi Sederhana

Tugas Kelompok Softskill (Membuat Banner)

Tugas Ilmu Sosial Dasar